Tahukah Anda, patah hati dapat menyebabkan fisik ikut-ikutan sakit. Pasalnya, daerah yang sama di otak yang diaktifkan ketika orang mengalami sakit di tubuh mereka, juga menjadi aktif ketika orang merasa ditolak seseorang yang mereka cintai.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang perasaannya hancur akibat kisah percintaannya juga dapat merasakan sakit fisik yang sebenarnya, kata Psikolog Universitas Michigan, Ethan Kross, yang juga merupakan penulis utama penelitian yang dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.
Kross, asisten profesor di Departemen psikologi, bekerja sama dengan rekan-rekannya dan peneliti di Columbia University dan University of Colorado-Boulder untuk merekrut 40 orang-orang yang telah mengalami perpisahan alias putus cinta selama enam bulan terakhir. Semua mengatakan putus cinta mengarahkan perasaan penolakan dan rasa sakit.
Peserta menjalani scan functional magnetic resonance imaging (MRI) saat mereka:
- Melihat foto mantan pasangan mereka-dan berpikir tentang apa yang mereka rasakan selama perpisahan mereka.
- Melihat foto seorang teman dan berpikir tentang pengalaman positif baru-baru ini dengan orang itu.
- Memakai perangkat yang menciptakan sensasi rasa sakit yang lumayan untuk mengukur reaksi sakit fisik.
Para peneliti membandingkan temuan dengan 500 scan tanggapan otak orang lain untuk sakit fisik, emosi, dan proses psikologis lain. "Kami menemukan bahwa pengalaman penolakan sosial mengaktifkan daerah otak yang terlibat dalam pengalaman indrawi rasa sakit fisik," kata Kross.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan baik penolakan dan penderitaan fisik mengaktifkan kelompok daerah otak yang terlibat dalam emosi negatif. "Pikiran, otak dan tubuh terkait erat," kata Kross. "Temuan ini mungkin memberitahukan bagaimana patah hati dan penolakan dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit fisik dan gangguan".
Mark Leary, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Duke University yang telah mempelajari perasaan sakit, mengatakan hubungan antara rasa sakit dan patah hati masuk akal.
"Kami termotivasi untuk menjaga hubungan baik dan mencoba untuk memperbaiki mereka ketika masalah muncul karena putus dan penolakan yang menyebabkan terluka. Yakni dengan cara menjaga agar kita selaras dengan kualitas hubungan kita. "
Naomi Eisenberger, asisten profesor psikologi di UCLA, mengatakan penelitiannya menunjukkan bahwa mengambil Tylenol, penghilang rasa sakit fisik, dapat mengurangi rasa sakit patah hati dan pengucilan sosial.
Ia belum mempelajari penggunaannya untuk patah hati, tapi dia mengatakan penelitian terbaru yang terus menyoroti fakta bahwa manusia merupakan spesies yang luar biasa dalam bersosial, begitu banyak sehingga penolakan sosial diinterpretasikan oleh otak yang berbahaya karena merusakkan tubuh alias sakit fisik.
No comments:
Post a Comment